December 14, 2009

JATUH CINTA?

Saya tersadar tiga kata cinta yang saya rindukan sudah sering saya dengar. Orang tua saya selalu mengucapkannya. Memanggil saya dengan sayang, betapapun saya telah menyusahkan dan sering menyakiti mereka. Mungkin mereka bahkan memanggil saya seperti itu sejak saya sebelum dilahirkan. Padahal belum tentu saya jadi anak yang bisa melapangkan mereka ke surga. Belum tentu bisa jadi kebanggaan. Jangan-jangan hanya jadi beban.

Tatapan cinta itu sering saya terima. Dari ibu yang bergadang menjaga saya yang tengah demam. Dari ayah yang dulu mengganti merk rokoknya dengan yang lebih murah (mungkin karena masih terlalu sulit buat beliau untuk berhenti) agar bisa membeli makanan untuk saya. Dari teman yang beriring-iring menjenguk saya ketika dirawat dirumah sakit. Dari kakak-kakak yang memeluk saya ketika bersedih. Dari sepupu yang berbagi makanan padahal ia juga lapar. Dari Orang tua teman yang bersedia mengantar saya pulang larut malam. Betapa seringnya saya tidak menyadari, apalagi menyukuri.

Tidak hanya dari mahluk hidup. Kasih dari ciptaan Allah lainnya juga melimpah. Matahari yang menyinari dengan hangat. Udara dengan tekanan yang pas. Air yang keasamannya terukur. Sampai hal-hal yang mungkin selama ini tidak terpikirkan.

Saya pernah membaca tentang planet Jupiter. Sebagai planet terbesar di tata surya kita, Jupiter yang gravitasinya amat tinggi, seakan menarik Bumi agar tidak tersedot kearah matahari dan terbakar. Benda-benda langit yang akan menghantam Bumi juga ditarik oleh Jupiter. Kita dijaga! (Maaf buat anak astronomi kalau salah,tapi setahu saya sih kira-kira begitulah)

Di atas segalanya, tentu saja ada cinta Allah yang amat melimpah. Begitu banyaknya berbuat Dosa, Allah masih berbaik hati membiarkan saya hidup. Masih membiarkan saya bersujud walau banyak tiada khusyu’nya. Padahal kalau ia mau, mungkin saya pantas-pantas saja langsung dilemparkan ke neraka Jahannam. Coba, mana ada kebutuhan saya yang tidak Allah penuhi? Makanan selalu ada. Saya disekolahkan sampai tingkat tinggi. Anggota tubuh yang sempurna. Diberi kesehatan. Diberi kehidupan. Apalagi yang kurang? Tapi tetap saja, berbuat maksiat, dosa. Saya malu.

Tentu ada ujian dan kerikil di sepanjang kehidupan ini. Tapi bukankah itu bagian dari kasih-Nya juga? Bagaimana kita bisa merasakan kenikmatan jika tidak pernah tahu rasanya kepedihan? Buat saudaraku yang diuji Allah dengan Cobaan, yakinlah bahwa dengan cara itu lah Allah mencintai kita.

Pasti ada hikmahnya.
Pasti!

Jadi, selama ini ternyata saya bukan kekurangan cinta. Saya saja yang tidak pernah menyadarinya. Bahkan saya tenggelam dalam lautan cinta yang begitu murni.

Sekarang pertanyaannya, apa yang telah saya lakukan untuk membalasnya? Saya sepertinya masih sering menyakiti orang lain, sadar ataupun tidak sadar. Kalaupun tidak sampai menyakiti, rasanya masih sering tidak peduli dengan orang lain. Apalagi pada Allah. Begitu besarnya cinta Allah pada saya dan saya masih sering menyalahgunakan cinta itu, Mata tidak digunakan semestinya. Lisan saya kejam dan menyayat-nyayat. Waktu yang terbuang sia-sia. Tiada hari tanpa dosa. Padahal saya tahu bahwasanya orangtua ikut menanggung dosa yang diperbuat anak. Maafkan saya wahai ayah ibu, ampuni saya ya Rabb.

Siapa bilang saya tidak dicintai? Memang tidak ada bodyguard, tapi Allah mengawal saya disetiap langkah. Tidak ada candle light dinner, tapi ada sebuah keluarga hangat yang menemani saya setiap makan malam. Tidak ada penghasilan, tapi bukankah Allah selalu memastikan kebutuhan saya terpenuhi? Bukankah itu cinta?

Ingin rasanya membalas semua cinta yang Allah ridhoi. Jika ada yang merasakan hal yang sama dengan saya, kita bisa coba sama-sama. Jangan sampai ada cinta halal yang tak terbalas.

0 comments:

Post a Comment

Fans