Suatu saat teman saya kirim SMS saat dia sedang menghadapi suatu masalah dan iri akan yang diperoleh orang lain.
Baca SMSnya, aku merenung, dan berkata dalam hati, “Emang yang lebih berkuasa itu siapa? Teman saya ini atau Tuhan sich.” Kok berani mengatakan bahwa Tuhan itu tidak adil. “Berarti masih ada yang lebih adil dari Tuhan”, begitulah kesimpulan yang saya ambil sambil bertanya-tanya siapakah gerangan yang bisa lebih adil dari Tuhan.
Setelah merenung-renung lagi, aku berpikir “yang butuh itu siapa? Tuhan membutuhkan kita ataukah kita yang membutuhkan Tuhan?”. Kalau anda (saya) tidak membutuhkan Tuhan, itu adalah urusan Anda (saya). Lagian kalau kita tidak butuh, ya ngapain kita protes Tuhan adil atau tidak. Mau adil atau tidak, toh kita tidak ada urusan sama Tuhan. Kan begitu logikanya. Tidak ada yang memaksa Anda (saya) untuk mengakui keberadaan Tuhan. Untuk percaya sama Tuhan. Anda (saya) percaya atau tidak, tidak akan mengubah keberadaan Tuhan menjadi ketidakberadaan.