December 24, 2009

TUHAN, Adil atau tidak; Ada atau tidak;….Emang Urusanmu Apa?

Suatu saat teman saya kirim SMS saat dia sedang menghadapi suatu masalah dan iri akan yang diperoleh orang lain.
Baca SMSnya, aku merenung, dan berkata dalam hati, “Emang yang lebih berkuasa itu siapa? Teman saya ini atau Tuhan sich.” Kok berani mengatakan bahwa Tuhan itu tidak adil. “Berarti masih ada yang lebih adil dari Tuhan”, begitulah kesimpulan yang saya ambil sambil bertanya-tanya siapakah gerangan yang bisa lebih adil dari Tuhan.

Setelah merenung-renung lagi, aku berpikir “yang butuh itu siapa? Tuhan membutuhkan kita ataukah kita yang membutuhkan Tuhan?”. Kalau anda (saya) tidak membutuhkan Tuhan, itu adalah urusan Anda (saya). Lagian kalau kita tidak butuh, ya ngapain kita protes Tuhan adil atau tidak. Mau adil atau tidak, toh kita tidak ada urusan sama Tuhan. Kan begitu logikanya. Tidak ada yang memaksa Anda (saya) untuk mengakui keberadaan Tuhan. Untuk percaya sama Tuhan. Anda (saya) percaya atau tidak, tidak akan mengubah keberadaan Tuhan menjadi ketidakberadaan.

Ketika kita berani menilai bahwa Tuhan itu adil atau tidak dalam membagikan berkatNya pada manusia, sebenarnya kita tidak sedang menilai Tuhan. Tetapi kita sedang menilai diri kita sendiri. Kita menunjukkan kecemburuan kita. Iri pada apa yang diperoleh orang lain. Iri pada keberadaan orang lain. Menunjukkan kekalahan kita, ketidakmampuan kita, tetapi punya ego yang besar untuk mengakuinya. Akhirnya kita mencari pelampiasan amarah dalam diri, mencari korban agar kita kelihatannya kuat, mampu dan punya kekuatan. Yaitu dengan menyalahkan Tuhan. Ketika Tuhan sudah kita salahkan, maka rasanya tidak ada lagi yang perlu dipertanyakan. Kita MENANG!!!!!!! Tetapi benarkah demikian?

Mengapa Anda (saya) merasa tidak adil diperlakukan oleh Tuhan, terutama yang sering dalam hal menerima berkat Tuhan? Siapa yang salah, kita atau Tuhan? Kita yang tidak (belum) menemukan atau Tuhan tidak memberikan? Di alam semesta ini sudah tersedia semua yang kita butuhkan. Tetapi kita kadang-kadang hanya mencari apa yang kita inginkan. Ada ungkapan yang berbunyi demikian, “Selama anda mencari apa yang anda inginkan, seringkali anda justru melewatkan apa yang anda butuhkan.” dan itu sangat tepat menurut saya.

Kita harus mengikuti skenario besar dari Tuhan dan alam semesta. Hidup kita hanyalah bagian kecilnya saja. Pertanyaannya adalah, siapkah kita menyesuaikan skenario kehidupan kita dengan skenario dari Sang Pencipta? Apakah Anda siap untuk menerima berkat Tuhan kapan saja, entah wujudnya bagaimana, dan entah dimana tempatnya? Ataukah Anda sendiri yang menentukan waktunya, wujudnya dan tempatnya?

Satu contoh sederhana. Pernahkan Anda meminjam uang dari seseorang teman, famili atau siapa saja? Coba anda ingat-ingat kembali. Ketika Anda mau pinjam 1 juta misalnya. Apakah ada syarat tambahan yang anda buat? Misalnya Anda berkata demikian, “Saya mau minjam uangmu 1 juta dengan perincian sebagai berikut: 5 lembar 100000-an, 4 lembar 50000-an, 5 lembar 20000-an, 10 lembar 10000-an, dan sisanya lembaran 5000-an.” (Masih maukah orang itu meminjamkan uangnya kepada Anda?)
Ataukah kita tidak peduli dengan pecahan uangnya yang penting totalnya satu juta.

Keberadaan kita tidak akan mempengaruhi keberadaan Tuhan.

Ketidakadilan kita tidak akan mempengaruhi keadilan Tuhan.

0 comments:

Post a Comment

Fans